Manual Pendukung Pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah untuk Jenjang SMP
Jumat, 14 Desember 2018
Edit
Berikut ini adalah berkas Manual Pendukung Pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah untuk Jenjang SMP. Download file format PDF.
Manual Pendukung Pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah untuk Jenjang SMP |
Manual Pendukung Pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah untuk Jenjang Sekolah Menengah Pertama
Berikut ini kutipan teks dari isi berkas Manual Pendukung Pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah untuk Jenjang Sekolah Menengah Pertama:
Peradaban terus berjalan melampaui batas-batas yang dibayangkan. Tanpa teks dan buku, manusia akan kehilangan sejarahnya. Dan kini, tradisi membaca dan menulis belum menjadi habit; tergeser dari derasnya arus budaya audivisual yang memanjakan manusia. Tak ayal, tontonan televisi dan media online lebih digemari anak-anak muda, termasuk di dalamnya para peserta didik.
Fenomena ini tak lantas membuat kita berhenti mengkampanyekan penumbuhan dan pembudayaan membaca dan menulis di lingkungan sekolah. Buku Manual Pen dukung Pelaksanan Gerakan Literasi Sekolah untuk Sekolah Menengah Pertama merupakan salah satu upaya strategis dan sistematis untuk membuat peserta didik mencintai budaya literasi. Ada sepuluh langkah sederhana yang dihadirkan. Semoga mudah diimplementasikan di sekolah-sekolah SMP di seluruh Indonesia.
Pada Manual Pendukung Pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah untuk Jenjang SMP ini antara lain berisi panduan mengenai:
Pelaksanaan kurikulum wajib baca perlu melibatkan semua pihak, bukan hanya sekolah dan orang tua, tetapi pelibatan publik mutlak diperlukan. Selain itu, kurikulum wajib baca juga perlu menyesuaikan dengan SPM, khususnya untuk jumlah buku (di SMP minimal ada 200 judul buku pengayaan dan 20 judul buku referensi. Selain itu, dalam Kurikulum 2013, peserta didik SMP wajib menyelesaikan minimal 12 buku nonpelajaran/pengayaan).
Kurikulum wajib baca juga mempertimbangkan tiga tahap literasi, yakni pembiasaan (belum ada tagihan), pengembangan (ada tagihan nonakademik), dan pembelajaran (ada tagihan akademik). Dalam ketiga tahap literasi tersebut, kurikulum wajib baca dapat terwujud dalam beberapa kegiatan.
Penekanan pembelajaran literasi pada membaca dan menulis lebih banyak dite- rapkan di Sekolah Dasar (SD/MI) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP/MTs). Pembelajaran literasi yang memuat pembelajaran membaca dan menulis, pada dasarnya membutuhkan kemampuan peserta didik dalam mengumpulkan, meng olah, dan menyajikan informasi. Pernyataan ini mengacu pada pengertian ke- mampuan literasi adalah kemampuan informasi. Artinya, kemampuan seseorang menguasai informasi yang berkembang dengan sangat cepat, mulai dari mengakses, memahami, sampai menggunakannya secara cerdas. Seseorang dikatakan sudah belajar bila dia sudah menguasai informasi yang diinginkannya.
Kegiatan atau proses penguasaan informasi terjadi pula pada peserta didik di sekolah. Mereka dikatakan belajar apabila mereka telah menguasai sejumlah informasi yang berupa ilmu pengetahuan. Bermacam-macam pengetahuan yang dimaksudkan terdapat dalam sejumlah nama mata pelajaran. Oleh karena itu, peserta didik dikatakan mampu menguasai informasi (sudah berliterasi) apabila mereka telah menguasai sejumlah mata pelajaran. Sebaliknya, dalam rangka menguasai sejumlah mata pelajaran diperlukan kemampuan literasi.
Setiap mata pelajaran memiliki ciri khas yang meliputi tujuan, ruang lingkup, dan strategi penyampaian. Itu sebabnya dalam setiap kurikulum terdapat perbedaan pengaturan untuk masing-masing mata pelajaran. Berdasarkan ciri khas ini maka dikenal kurikulum yang mencakup nama mata pelajaran, yaitu Kurikulum Bahasa Indonesia, Kurikulum Matematika, Kurikulum Bahasa Inggris, Kurikulum IPA, Kurikulum IPS, dan sebagainya. Oleh karena masing-masing memiliki perbedaan, maka pelaksanaan pembelajarannya pun berbeda, termasuk bagaimana menerapkan pembelajaran literasinya. Sebagai contoh, pembelajaran literasi bahasa Indonesia berbeda dengan pembelajaran literasi bahasa Inggris, atau dengan Matematika, dengan IPA, IPS, dan seterusnya.
Peradaban terus berjalan melampaui batas-batas yang dibayangkan. Tanpa teks dan buku, manusia akan kehilangan sejarahnya. Dan kini, tradisi membaca dan menulis belum menjadi habit; tergeser dari derasnya arus budaya audivisual yang memanjakan manusia. Tak ayal, tontonan televisi dan media online lebih digemari anak-anak muda, termasuk di dalamnya para peserta didik.
Fenomena ini tak lantas membuat kita berhenti mengkampanyekan penumbuhan dan pembudayaan membaca dan menulis di lingkungan sekolah. Buku Manual Pen dukung Pelaksanan Gerakan Literasi Sekolah untuk Sekolah Menengah Pertama merupakan salah satu upaya strategis dan sistematis untuk membuat peserta didik mencintai budaya literasi. Ada sepuluh langkah sederhana yang dihadirkan. Semoga mudah diimplementasikan di sekolah-sekolah SMP di seluruh Indonesia.
- Pembentukan Tim Literasi Sekolah di SMP
- Pembelajaran Literasi Melalui Pembiasaan Membaca di Rumah
- Kurikulum Wajib Baca di SMP
- Pembelajaran Berbasis Literasi dalam Mata Pelajaran
- Tabel Tahu-Ingin-Pelajari (T-I-P)
- Membaca Dalam Hati
- Mari Bertanya tentang Buku
- Jurnal Membaca Harian
- Tiga Langkah Membaca Buku Fiksi
- Tiga Langkah Membaca Buku Nonfiksi
Kurikulum wajib baca juga mempertimbangkan tiga tahap literasi, yakni pembiasaan (belum ada tagihan), pengembangan (ada tagihan nonakademik), dan pembelajaran (ada tagihan akademik). Dalam ketiga tahap literasi tersebut, kurikulum wajib baca dapat terwujud dalam beberapa kegiatan.
Penekanan pembelajaran literasi pada membaca dan menulis lebih banyak dite- rapkan di Sekolah Dasar (SD/MI) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP/MTs). Pembelajaran literasi yang memuat pembelajaran membaca dan menulis, pada dasarnya membutuhkan kemampuan peserta didik dalam mengumpulkan, meng olah, dan menyajikan informasi. Pernyataan ini mengacu pada pengertian ke- mampuan literasi adalah kemampuan informasi. Artinya, kemampuan seseorang menguasai informasi yang berkembang dengan sangat cepat, mulai dari mengakses, memahami, sampai menggunakannya secara cerdas. Seseorang dikatakan sudah belajar bila dia sudah menguasai informasi yang diinginkannya.
Kegiatan atau proses penguasaan informasi terjadi pula pada peserta didik di sekolah. Mereka dikatakan belajar apabila mereka telah menguasai sejumlah informasi yang berupa ilmu pengetahuan. Bermacam-macam pengetahuan yang dimaksudkan terdapat dalam sejumlah nama mata pelajaran. Oleh karena itu, peserta didik dikatakan mampu menguasai informasi (sudah berliterasi) apabila mereka telah menguasai sejumlah mata pelajaran. Sebaliknya, dalam rangka menguasai sejumlah mata pelajaran diperlukan kemampuan literasi.
Setiap mata pelajaran memiliki ciri khas yang meliputi tujuan, ruang lingkup, dan strategi penyampaian. Itu sebabnya dalam setiap kurikulum terdapat perbedaan pengaturan untuk masing-masing mata pelajaran. Berdasarkan ciri khas ini maka dikenal kurikulum yang mencakup nama mata pelajaran, yaitu Kurikulum Bahasa Indonesia, Kurikulum Matematika, Kurikulum Bahasa Inggris, Kurikulum IPA, Kurikulum IPS, dan sebagainya. Oleh karena masing-masing memiliki perbedaan, maka pelaksanaan pembelajarannya pun berbeda, termasuk bagaimana menerapkan pembelajaran literasinya. Sebagai contoh, pembelajaran literasi bahasa Indonesia berbeda dengan pembelajaran literasi bahasa Inggris, atau dengan Matematika, dengan IPA, IPS, dan seterusnya.
Download Manual Pendukung Pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah untuk Jenjang Sekolah Menengah Pertama
Selengkapnya mengenai susunan dan isi berkas Manual Pendukung Pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah untuk Jenjang Sekolah Menengah Pertama ini silahkan lihat dan unduh pada link di bawah ini:Manual Pendukung Pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah untuk Jenjang Sekolah Menengah Pertama
Download File:
Manual Pendukung Pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah untuk Jenjang SMP.pdf
Sumber: http://repositori.perpustakaan.kemdikbud.go.id
Demikian yang bisa kami sampaikan mengenai keterangan berkas dan share file Manual Pendukung Pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah untuk Jenjang Sekolah Menengah Pertama. Semoga bisa bermanfaat.